TIPE KECERDASAN ANAK
Untuk menjadi seorang guru atau orang tua yang baik kita dianjurkanuntukmnegtahui berbagai tipekecerdasan anak.
1.
Kecerdasan matematika dan logika atau cerdas angka
Memuat kemampuan seorang anak berpikir secara
induktif dan deduktif, kemampuan berpikir menurut aturan logika dan
menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah melalui kemampuan
berpikir. Anak-anak dengan kecerdasan matematika dan logika yang tinggi cenderung
menyenangi kegiatan analisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu.
Mereka menyenangi cara berpikir yang konseptual,
misalnya menyusun hipotesis, mengategori, dan mengklasifikasi apa yang
dihadapinya. Anak-anak ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki
kecepatan yang tinggi dalam menyelesaikan problem matematika.
Bila kurang memahami, mereka cenderung bertanya dan
mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya. Anak-anak yang cerdas angka
juga sangat menyukai permainan yang melibatkan kemampuan berpikir aktif seperti
catur dan bermain teka-teki. Setelah remaja biasanya mereka cenderung
menggeluti bidang matematika atau IPA, dan setelah dewasa menjadi insinyur,
ahli teknik, ahli statistik, dan pekerjaan-pekerjaan yang banyak melibatkan
angka.
2.
Kecerdasan bahasa atau cerdas kata
Memuat kemampuan seorang anak untuk menggunakan
bahasa dan kata-kata baik secara lisan maupun tulisan dalam berbagai bentuk
yang berbeda untuk mengekspresikan gagasannya. Anak-anak dengan kemampuan bahasa
yang tinggi umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan
dengan bahasa seperti membaca, membuat puisi, dan menyusun kata mutiara.
Anak-anak ini cenderung memiliki daya ingat yang kuat akan nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal kemampuan menguasai bahasa baru, anak-anak ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Pada saat dewasa biasanya mereka akan menjadi presenter, pengarang, penyair, wartawan, penerjemah, dan profesi-profesi lain yang banyak melibatkan bahasa dan kata-kata.
Anak-anak ini cenderung memiliki daya ingat yang kuat akan nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal kemampuan menguasai bahasa baru, anak-anak ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Pada saat dewasa biasanya mereka akan menjadi presenter, pengarang, penyair, wartawan, penerjemah, dan profesi-profesi lain yang banyak melibatkan bahasa dan kata-kata.
3. Kecerdasan musikal atau cerdas music
Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap
suara-suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, dalam hal ini adalah nada
dan irama. Anak-anak ini senang sekali mendengar nada-nada dan irama yang
indah, mulai dari senandung yang mereka lakukan sendiri, dari radio, kaset,
menonton orkestra, atau memainkan alat musik sendiri. Mereka lebih mudah
mengingat sesuatu dengan musik. Saat dewasa mereka dapat menjadi penyanyi,
pemain musik, komposer pencipta lagu, dan bidang-bidang lain yang berhubungan
dengan musik.
3.
Kecerdasan visual spasial atau cerdas gambar
Memuat kemampuan seorang anak untuk memahami secara
lebih mendalam mengenai hubungan antara objek dan ruang. Anak-anak ini memiliki
kemampuan menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya, atau menciptakan
bentuk-bentuk tiga dimensi. Setelah dewasa biasanya mereka akan menjadi
pemahat, arsitek, pelukis, desainer, dan profesi lain yang berkaitan dengan
seni visual.
5. Kecerdasan kinestetik atau cerdas gerak
Memuat kemampuan seorang anak untuk secara aktif
menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan
memecahkan berbagai masalah. Hal ini dapat dijumpai pada anak-anak yang unggul
dalam bidang olah raga, misalnya bulu tangkis, sepak bola, tenis, renang,
basket, dan cabang-cabang olah raga lainnya, atau bisa pula terlihat pada mereka
yang unggul dalam menari, bermain sulap, akrobat, dan kemampuan-kemampuan lain
yang melibatkan keterampilan gerak tubuh.
6. Kecerdasan inter personal atau cerdas teman
Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap
perasaan orang lain. Mereka cenderung memahami dan berinteraksi dengan orang
lain sehingga mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.
Kecerdasan ini disebut juga kecerdasan sosial, dimana seorang anak mampu
menjalin persahabatan yang akrab dengan teman-temannya, termasuk berkemampuan
memimpin, mengorganisasi, menangani perselisihan antar teman, dan memperoleh
simpati dari anak yang lain. Setelah dewasa mereka dapat menjadi aktivis dalam
organisasi, public relation, pemimpin, manajer, direktur, bahkan menteri atau
presiden.
7. Kecerdasan intra personal atau cerdas diri
Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap
perasaan dirinya sendiri. Mereka cenderung mampu mengenali kekuatan atau
kelemahan dirinya sendiri, senang mengintropeksi diri, mengoreksi kekurangan
maupun kelemahannya dan kemudian mencoba untuk memperbaiki dirinya sendiri.
Beberapa di antara mereka cenderung menyenangi kesendirian dan kesunyian,
merenung dan berdialog dengan dirinya sendiri. Saat dewasa biasanya mereka akan
menjadi ahli filsafat, penyair, atau seniman.
8. Kecerdasan naturalis atau cerdas alam
Memuat kemampuan seorang anak untuk peka terhadap
lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam terbuka seperti
cagar alam, gunung, pantai, dan hutan. Mereka cenderung suka mengobservasi lingkungan
alam seperti aneka macam bebatuan, flora dan fauna, bahkan benda-benda di ruang
angkasa. Saat dewasa mereka dapat menjadi pecinta alam, pecinta lingkungan,
ahli geologi, ahli astronomi, penyayang binatang, dan aktivitas-aktivitas lain
yang berhubungan dengan alam dan lingkungan.
Dengan konsep Multiple Intelligences (Kecerdasan Ganda), Howard Gardner ingin mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan, bahwa seolah-olah kecerdasan hanya terbatas pada hasil tes intelegensi yang sempit saja, atau hanya sekadar dilihat dari prestasi yang ditampilkan seorang anak melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka.
Dengan konsep Multiple Intelligences (Kecerdasan Ganda), Howard Gardner ingin mengoreksi keterbatasan cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan, bahwa seolah-olah kecerdasan hanya terbatas pada hasil tes intelegensi yang sempit saja, atau hanya sekadar dilihat dari prestasi yang ditampilkan seorang anak melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka.
Anak-anak unggul pada dasarnya tidak akan tumbuh
dengan sendirinya, mereka memerlukan lingkungan subur yang diciptakan untuk
itu. Oleh karena itu diperlukan kesungguhan dari orang tua dan pendidik untuk
secara tekun dan rendah hati mengamati dan memahami potensi anak atau murid
dengan segala kelebihan maupun kekurangannya, dan menghargai seriap bentuk
kecerdasan yang berlainan.
Dirangkum dari berbsgai sumber.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar