Penciptaan Sistem Lingkungan Belajar Siswa Terhadap Matematika
Pengelolaan kelas dan lingkungan
yang memanfaatkan nilai estetika merupakan langkah inovatif untuk menumbuhkan
minat belajar siswa dan menghapus langkah konvensional sering kita temukan di
lapangan.
Lingkungan sangat penting dalam
proses belajar dan mengajar dikelas karena jika melihat lingkungan sekitar
dimana tempat kita nyaman, tertata rapi dan menarik (didesain sendiri dengan
kreatifitas dan memiliki banyak warna dan gambar) akan menampilkan rasa yang
berbeda jika dibanding dengan kelas konvesional.
Ruangan kelas jangan hanya menjadi
dinding pembatas yang membatasi siswa di ruang kelas pada satu sisi, dengan
lingkungan di luar kelas pada sisi lain. Demikian pula dengan lingkungan
sekitar sekolah, terutama dinding–dinding sekolah jangan hanya menjadi benda
mati yang menjadi dinding pemisah antara lokal yang satu dengan lokal yang
lain, atau menjadi pembatas antara lingkungan sekolah sendiri dengan lingkungan
luar sekolah.
Langkah inovatif dapat dilakukan
menciptakan dinding–dinding sekolah dan ruang–ruang kelas yang yang mati ini
menjadi lebih hidup, menjadi bermakna, dan pada akhirnya dapat menggairahkan
nafsu belajar siswa. Maka dari itu diperlukan suatu langkah kreatifitas dari
seorang guru, dan hal ini tentunya merupakan suatu langkah inovatif yang pada
kenyataannya akan berbeda dengan kondisi realita dan mayoritas. Di samping itu
dapat dipadukan gambar-gambar yang bervariasi dan relevan dengan pembelajaran.
Relevan dengan pembelajaran maksudnya gambar yang dituangkan merupakan upaya
untuk mendekatkan anak dengan materi pelajaran yang dipelajari pada kelas
tertentu, misalnya pada pelajaran matematika, ada meteri-materi tertentu yang
bisa berupa sajian gambar yang menarik siswa bila dituangkan pada dinding
sekolah, seperti : macam – macam gambar bangun datar, rumus – rumus yang
ditempel secara menarik, dan lain–lain.
Sebab setiap hari dan setiap saat
siswa dapat mengamati dan melihatnya. Hal itulah yang dimaksudkan supaya
dinding sekolah dan ruang kelas menjadi suatu yang integral dengan kegiatan
pembelajaran bernuansa estetis dan menyenangkan.
Penciptaan ruang kelas dan
lingkungan sekolah yang sedemikian rupa memang memerlukan kerja ekstra,
terutama dari guru dan murid-murid. Upaya–upaya
itu adalah suatu kiat agar siswa tidak bosan di sekolah, siswa lebih bergairah
dalam pembelajaran yang pada akhirnya tentunya tercapainya prestasi siswa yang
optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Proses
belajar – mengajar menggunakan lingkungan sekitar itu lebih efektif karena
murid langsung berhadapan terhadap benda riil (nyata), sehingga siswa dapat
lebih mudah dalam memecahkan soal.
Pakar teknologi pendidikan, Gagne,
Briggs dan Wager menyatakan bahwa proses belajar seseorang dapat dipengaruhi
oleh faktor internal peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal yaitu
proses kondisi belajar. Proses belajar itu terjadi karena sinergi memori jangka
pendek dan jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor eksternal dalam
pembelajaran atau lingkungan belajar. Melalui indranya, peserta didik menyerap
materi secara berbeda. Pengajaran mengarahkan penerimaan informasi untuk jangka
panjang dapat berlangsung lancar.
Menurut Magnesen (Dryden dan
VOS,1999) belajar terjadi dengan :
- Membaca
10%
- Mendengar
20%
- Melihat
30%
- Melihat
dan mendengar sebanyak 50%
- Mengatakan
70%
- Mengatakan
sambil mengerjakan 90%
- Melalui
media 50%
Dapat
disimpulkan seseorang melihat langsung dengan suatu kegiatan atau mengerjakan
merupakan cara yang terbaik dan bertahan lama. (Desain Pembelajaran : hal.22)
Berkaitan
dengan pembelajaran matematika, sepanjang pengetahuan, pembelajaran matematika
di sekolah saat ini menunjukkan bahwa hasil belajarnya masih rendah, siswa
sulit menerima materi matematika yang diajarkan, siswa takut terhadap
matematika, siswa phobia terhadap matematika, dan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan di sekolah. Untuk itu perlu adanya pengkaitan antara matematika
dengan lingkungan dimana lingkungan dapat memberikan anak kepada gambaran nyata
yang faktual. Oleh karena itu diperlukan suatu metode untuk menjembatani supaya mata pelajaran
matematika dapat berhubungan dengan lingkungan. Metode yang dibutuhkan adalah
metode PAIKEM atau Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan.
Pembelajaran
Pembelajaran
Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan adalah salah
satu metode pembelajaran berbasis lingkungan. Metode ini mampu melibatkan siswa
secara langsung dengan berbagai pengenalan terhadap lingkungan. Pada proses ini
guru dan siswa saling memberikan pengetahuan tentang bagaimana hasil belajarnya
bagi siswa dan proses pembelajaran ini mengtamakan kreativitas siswa. Secara
garis besar, dapat digambarkan sebagai berikut:
- Siswa langsung terlibat ke dalam berbagai
kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan pengetahuan mereka dengan
menekankan pada belajar melalui praktik.
- Guru dituntut menggunakan alat bantu dan berbagai
cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan
cocok bagi siswa.
- Guru harus bisa mengatur kelas dengan berbagai
variasi seperti memajang buku-buku dan bahan ajar yang lebih menarik dan
menyediakan alat-alat pembelajaran.
- Guru menerapkan tentang cara mengajar yang lebih
kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok dengan berbagai
suasana.
- Guru mendorong, memberikan motivasi siswa untuk
menemukan caranya sendiri dalam pemecahan masalah, untuk mengungkapkan
gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan belajarnya.
Contoh kemampuan guru yang sangat tepat:
Fase
|
Jenis
Kegiatan
|
Kemampuan
Guru
|
Kegiatan
Mengajar
|
Guru
merancang dan mengelola agar mendorong
siswa berperan aktif dalam pembelajaran
|
Guru
melaksanakan kegiatan yang beragam misalnya:
|
Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam
|
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya:
|
Guru memberi kesempatan kepada siswa mengembangkan
ketrampilannya
|
Lingkungan siswa:
|
Guru memberi kesempatan kepada siswa mengungkapkan
gagasannya sendiri sacara lisan atau tulisan
|
Melalui:
|
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan
kemampuan siswa
|
Siswa dikelompokan sesuai dengan kemampuan (untuk
kegiatan tertentu) bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok
tersebut. siswa diberikan tugas perbaikan atau pengayaan
|
Guru mengaitkan materi dengan pengalaman siswa
sehari-hari
|
Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya
sendiri. siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
|
Menilai kemajuan belajar siswa secara terus-menerus
|
Guru memantau kerja siswa. guru memberikan umpan
balik
|
Berikut ini adalah penerapan
pembelajaran matematika berbasis lingkungan menggunakan metode PAIKEM :
Contoh I :
Dalam tugas pemanfaatan lingkungan
sekitar dalam pembelajaran matematika, kami menggunakan halaman sekolah untuk
mempelajari pemecahan masalah penjumlahan suku-suku sejenis. Berikut akan disampaikan
uraiannya.
Materi : Pemecahan masalah
penjumlahan suku-suku sejenis
Tujuan : Siswa mampu memecahkan masalah penjumlahan suku-suku sejenis
Langkah
kerja :
ü Memandu siswa untuk mengumpulkan sampah
di halaman sekolah untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Jenis sampah
seperti pipet, dedaunan, bungkus makanan ringan.
ü Setelah
siswa mendapatkan lembar kerja dan memecahkan masalah sesuai panduan pada
lembar kerja. Di dalam lembar kerja guru memberi soal, sebagai berikut:
Berapa
jumlah daun, pipet/sedotan, bungkus makanan ringan yang kamu kumpulkan, lalu buatlah soal
penjumlahan suku-suku sejenis. Jelaskan, diskusikan dan tulis kedalam sebuah
karton lalu presentasikan dihadapan teman-temanmu dan tulis kesimpulan yang
kamu dapat.
ü Siswa
kembali masuk ke kelas dan membentuk kelompok untuk mengerjakan tugas lanjutan.
ü Setiap
kelompok mendapatkan gunting, spidol, lem, kertas karton berwarna, dan solatif
untuk mengkreasi hasil karya kelompok.
ü Seluruh
anggota kelompok aktif bekerjasama memecahkan masalah dalam lembar kerja dan
mengkreasi karya kelompok.
ü Siswa
memajang hasil karyanya tentang pemecahan masalah penjumlahan suku-suku
sejenis.
ü Perwakilan
siswa mempresentasikan hasil karyanya.
Contoh
II :
Dalam
tugas pemanfaatan lingkungan sekitar dalam pembelajaran matematika, kami
menggunakan halaman sekolah untuk mempelajari luas dan keliling bangun datar
dengan memanfaatkan kegiatan berkemah. Berikut akan disampaikan uraiannya.
Tema : Berdagang
Tema : Berdagang
Materi : Operasi Hitung Aritmatika
Tujuan : Siswa mampu Melakukan operasi hitung campuran yang melibatkan
pecahan
Langkah kerja :
Langkah kerja :
ü Siswa dibentuk dalam beberapa
kelompok.
ü Setiap kelompok menerima 3 jenis
buah yang berbeda.
ü Tugas kelompok berandai sebagai
pedagang buah, merencanakan buah yang akan dibeli dan dijual lagi.
ü Menentukan perkiraan harga beli dan
harga jual dan prosentase keuntungan yang diinginkan sekaligus strategi
penjualnya.
Contoh
III :
Dalam
tugas pemanfaatan lingkungan sekitar dalam pembelajaran matematika, kami
menggunakan ruang kelas untuk mempelajari mengukur panjang benda dengan satuan
yang tidak baku. Berikut akan disampaikan uraiannya.
Tema : Mengukur
Tema : Mengukur
Materi : Satuan tidak Baku
Tujuan : Siswa mampu mengukur panjang benda dengan satuan tidak baku
Langkah kerja :
Langkah kerja :
ü Siswa
dibentuk menjadi kelompok berpasangan.
ü Siswa
mengumpulkan alat – alat yang diperlukan : Buku , pensil , meja , bolpoin ,
klip kertas , lidi , buku gambar , korek api.
ü Siswa mendapatkan lembar kerja dan
memecahkan masalah sesuai panduan pada lembar kerja. Di dalam lembar kerja guru
memberi soal, sebagai berikut:
Ukurlah
panjang benda di bawah ini. Gunakan satuan ukuran baku.
No
|
Benda
|
Hasil Pengukuran
|
1
|
Buku
|
……… Pensil
|
2
|
Meja
|
……… jengkal
|
3
|
Bolpoin
|
……… klip kertas
|
4
|
Buku Gambar
|
……… lidi
|
5
|
Pensil
|
……… korek api
|
ü Guru
memberi contoh kepada siswa , misal
Berapa panjang meja ,
gunakanlah satuan
jengkal
Satu jengkal adalah
jarak antara ujung kelingking dan ibu jari
ü Siswa
mengerjakan tugas yang telah diberikan lalu tuliskan hasil nya di atas lembar
kerja tersebut.
Manfaat
dari penciptaan sistem lingkungan belajar siswa terhadap matematika adalah :
1. Siswa
mendapatkan teori setelah itu akan dipraktekan dalam bentuk nyata, sehingga
siswa akan mengetahui dimana konsep dan letak kesulitan, serta siswa juga dapat
mengeksplore dan memahaminya dengan pemahamannya sendiri.
2. Dengan
melihat, mendengar, menulis, berbicara, dan melakukan dengan alat atau media,
suatu materi akan bertahan lama tersimpan di ingatan karena itu merupakan suatu
pengalaman.
3. Belajar
matematika dengan penciptaan lingkungan yang sedimikan rupa akan menghilangkan
rasa takut anak terhadap matematika, karena pada cara pengajaran ini dilakukan
secara menyenangkan. Maka dengan sendirinya siswa akan menyukai matematika.
4. Siswa
mempunyai pengalaman yang telah diajarkan disekolah, maka dari itu siswa akan
dapat mengaplikasikan materi matematika di kehidupan sehari-hari.
5. Interaksi
siswa dengan teman-temannya dan guru akan terjalin harmonis karena sering terjadi
diskusi dan komunikasi yang berbobot, akan pula membuat anak menjadi cerdas
serta berwawasan luas.
6. Siswa
mendapatkan hasil yang optimal dalam mengerjakan soal-soal.
Manfaat
dari penciptaan sistem lingkungan belajar siswa terhadap matematika adalah :
1. Siswa
mendapatkan teori setelah itu akan dipraktekan dalam bentuk nyata, sehingga
siswa akan mengetahui dimana konsep dan letak kesulitan, serta siswa juga dapat
mengeksplore dan memahaminya dengan pemahamannya sendiri.
2. Dengan
melihat, mendengar, menulis, berbicara, dan melakukan dengan alat atau media,
suatu materi akan bertahan lama tersimpan di ingatan karena itu merupakan suatu
pengalaman.
3. Belajar
matematika dengan penciptaan lingkungan yang sedimikan rupa akan menghilangkan
rasa takut anak terhadap matematika, karena pada cara pengajaran ini dilakukan
secara menyenangkan. Maka dengan sendirinya siswa akan menyukai matematika.
4. Siswa
mempunyai pengalaman yang telah diajarkan disekolah, maka dari itu siswa akan
dapat mengaplikasikan materi matematika di kehidupan sehari-hari.
5. Interaksi
siswa dengan teman-temannya dan guru akan terjalin harmonis karena sering terjadi
diskusi dan komunikasi yang berbobot, akan pula membuat anak menjadi cerdas
serta berwawasan luas.
6. Siswa
mendapatkan hasil yang optimal dalam mengerjakan soal-soal.
Referensi :
http://www.youtube.com/watch?v=6iVo9HUaZq0