Sabtu, 28 September 2013

Penciptaan Sistem Lingkungan Belajar Siswa Terhadap Matematika


Penciptaan Sistem Lingkungan Belajar Siswa Terhadap Matematika

Pengelolaan kelas dan lingkungan yang memanfaatkan nilai estetika merupakan langkah inovatif untuk menumbuhkan minat belajar siswa dan menghapus langkah konvensional sering kita temukan di lapangan.

Lingkungan sangat penting dalam proses belajar dan mengajar dikelas karena jika melihat lingkungan sekitar dimana tempat kita nyaman, tertata rapi dan menarik (didesain sendiri dengan kreatifitas dan memiliki banyak warna dan gambar) akan menampilkan rasa yang berbeda jika dibanding dengan kelas konvesional.
Ruangan kelas jangan hanya menjadi dinding pembatas yang membatasi siswa di ruang kelas pada satu sisi, dengan lingkungan di luar kelas pada sisi lain. Demikian pula dengan lingkungan sekitar sekolah, terutama dinding–dinding sekolah jangan hanya menjadi benda mati yang menjadi dinding pemisah antara lokal yang satu dengan lokal yang lain, atau menjadi pembatas antara lingkungan sekolah sendiri dengan lingkungan luar sekolah.

Langkah inovatif dapat dilakukan menciptakan dinding–dinding sekolah dan ruang–ruang kelas yang yang mati ini menjadi lebih hidup, menjadi bermakna, dan pada akhirnya dapat menggairahkan nafsu belajar siswa. Maka dari itu diperlukan suatu langkah kreatifitas dari seorang guru, dan hal ini tentunya merupakan suatu langkah inovatif yang pada kenyataannya akan berbeda dengan kondisi realita dan mayoritas. Di samping itu dapat dipadukan gambar-gambar yang bervariasi dan relevan dengan pembelajaran. Relevan dengan pembelajaran maksudnya gambar yang dituangkan merupakan upaya untuk mendekatkan anak dengan materi pelajaran yang dipelajari pada kelas tertentu, misalnya pada pelajaran matematika, ada meteri-materi tertentu yang bisa berupa sajian gambar yang menarik siswa bila dituangkan pada dinding sekolah, seperti : macam – macam gambar bangun datar, rumus – rumus yang ditempel secara menarik, dan lain–lain.

Sebab setiap hari dan setiap saat siswa dapat mengamati dan melihatnya. Hal itulah yang dimaksudkan supaya dinding sekolah dan ruang kelas menjadi suatu yang integral dengan kegiatan pembelajaran bernuansa estetis dan menyenangkan.

Penciptaan ruang kelas dan lingkungan sekolah yang sedemikian rupa memang memerlukan kerja ekstra, terutama dari guru dan  murid-murid. Upaya–upaya itu adalah suatu kiat agar siswa tidak bosan di sekolah, siswa lebih bergairah dalam pembelajaran yang pada akhirnya tentunya tercapainya prestasi siswa yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
          Proses belajar – mengajar menggunakan lingkungan sekitar itu lebih efektif karena murid langsung berhadapan terhadap benda riil (nyata), sehingga siswa dapat lebih mudah dalam memecahkan soal.
            
            Pakar teknologi pendidikan, Gagne, Briggs dan Wager menyatakan bahwa proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal yaitu proses kondisi belajar. Proses belajar itu terjadi karena sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor eksternal dalam pembelajaran atau lingkungan belajar. Melalui indranya, peserta didik menyerap materi secara berbeda. Pengajaran mengarahkan penerimaan informasi untuk jangka panjang dapat berlangsung lancar.
            
Menurut Magnesen (Dryden dan VOS,1999) belajar terjadi dengan :
  1. Membaca 10%
  2. Mendengar 20%
  3. Melihat 30%
  4. Melihat dan mendengar sebanyak 50%
  5. Mengatakan 70%
  6. Mengatakan sambil mengerjakan 90%
  7. Melalui media 50%
Dapat disimpulkan seseorang melihat langsung dengan suatu kegiatan atau mengerjakan merupakan cara yang terbaik dan bertahan lama. (Desain Pembelajaran : hal.22)

Berkaitan dengan pembelajaran matematika, sepanjang pengetahuan, pembelajaran matematika di sekolah saat ini menunjukkan bahwa hasil belajarnya masih rendah, siswa sulit menerima materi matematika yang diajarkan, siswa takut terhadap matematika, siswa phobia terhadap matematika, dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Untuk itu perlu adanya pengkaitan antara matematika dengan lingkungan dimana lingkungan dapat memberikan anak kepada gambaran nyata yang faktual. Oleh karena itu diperlukan suatu metode untuk menjembatani supaya mata pelajaran matematika dapat berhubungan dengan lingkungan. Metode yang dibutuhkan adalah metode PAIKEM atau Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan.

Pembelajaran Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan adalah salah satu metode pembelajaran berbasis lingkungan. Metode ini mampu melibatkan siswa secara langsung dengan berbagai pengenalan terhadap lingkungan. Pada proses ini guru dan siswa saling memberikan pengetahuan tentang bagaimana hasil belajarnya bagi siswa dan proses pembelajaran ini mengtamakan kreativitas siswa. Secara garis besar, dapat digambarkan sebagai berikut:
  1. Siswa langsung terlibat ke dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan pengetahuan mereka dengan menekankan pada belajar melalui praktik.
  2. Guru dituntut menggunakan alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan dan cocok bagi siswa.
  3. Guru harus bisa mengatur kelas dengan berbagai variasi seperti memajang buku-buku dan bahan ajar yang lebih menarik dan menyediakan alat-alat pembelajaran.
  4. Guru menerapkan tentang cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok dengan berbagai suasana.
  5. Guru mendorong, memberikan motivasi siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan belajarnya.
Contoh kemampuan guru yang sangat tepat:
Fase
Jenis Kegiatan
Kemampuan Guru
Kegiatan Mengajar
Guru merancang dan mengelola  agar mendorong siswa berperan aktif dalam pembelajaran
Guru melaksanakan kegiatan yang beragam misalnya:
  • percobaan
  • diskusi kelompok
  • memecahkan masalah
  • mencari informasi
  • menulis laporan/cerita
  • berkunjung keluar kelas
Guru menggunakan alat bantu dan sumber yang beragam
Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misalnya:
  • alat yang tersedia
  • gambar
  • studi kasus
  • nara sumber
Guru memberi kesempatan kepada siswa mengembangkan ketrampilannya
Lingkungan siswa:
  • melakukan percobaan, pengamatan atau wawancara
  • mengumpulkan data dan mengolahnya sendiri
  • menarik kesimpulan
  • memecahkan masalah
  • menulis laoran hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
Guru memberi kesempatan kepada siswa mengungkapkan gagasannya sendiri sacara lisan atau tulisan
Melalui:
  • diskusi
  • lebih banyak pertanyaan terbuka
  • hasil karya yang merupakan anak sendiri
Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa
Siswa dikelompokan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu) bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut. siswa diberikan tugas perbaikan atau pengayaan
Guru mengaitkan materi dengan pengalaman siswa sehari-hari
Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
Menilai kemajuan belajar siswa secara terus-menerus
Guru memantau kerja siswa. guru memberikan umpan balik

Berikut ini adalah penerapan pembelajaran matematika berbasis lingkungan menggunakan metode PAIKEM :

Contoh I :
Dalam tugas pemanfaatan lingkungan sekitar dalam pembelajaran matematika, kami menggunakan halaman sekolah untuk mempelajari pemecahan masalah penjumlahan suku-suku sejenis. Berikut akan disampaikan uraiannya.
Materi        :  Pemecahan masalah penjumlahan suku-suku sejenis
Tujuan       : Siswa mampu memecahkan masalah penjumlahan suku-suku sejenis

Langkah kerja :
ü  Memandu siswa untuk mengumpulkan sampah di halaman sekolah untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Jenis sampah seperti pipet, dedaunan, bungkus makanan ringan.
ü  Setelah siswa mendapatkan lembar kerja dan memecahkan masalah sesuai panduan pada lembar kerja. Di dalam lembar kerja guru memberi soal, sebagai berikut:
Berapa jumlah daun, pipet/sedotan, bungkus makanan ringan  yang kamu kumpulkan, lalu buatlah soal penjumlahan suku-suku sejenis. Jelaskan, diskusikan dan tulis kedalam sebuah karton lalu presentasikan dihadapan teman-temanmu dan tulis kesimpulan yang kamu dapat.
ü  Siswa kembali masuk ke kelas dan membentuk kelompok untuk mengerjakan tugas lanjutan.
ü  Setiap kelompok mendapatkan gunting, spidol, lem, kertas karton berwarna, dan solatif untuk mengkreasi hasil karya kelompok.
ü  Seluruh anggota kelompok aktif bekerjasama memecahkan masalah dalam lembar kerja dan mengkreasi karya kelompok.
ü  Siswa memajang hasil karyanya tentang pemecahan masalah penjumlahan suku-suku sejenis.
ü  Perwakilan siswa mempresentasikan hasil karyanya.


Contoh II :
Dalam tugas pemanfaatan lingkungan sekitar dalam pembelajaran matematika, kami menggunakan halaman sekolah untuk mempelajari luas dan keliling bangun datar dengan memanfaatkan kegiatan berkemah. Berikut akan disampaikan uraiannya.
Tema   : Berdagang
Materi  : Operasi Hitung Aritmatika
Tujuan : Siswa mampu Melakukan operasi hitung campuran yang melibatkan pecahan

Langkah kerja :
ü  Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok.
ü  Setiap kelompok menerima 3 jenis buah yang berbeda.
ü  Tugas kelompok berandai sebagai pedagang buah, merencanakan buah yang akan dibeli dan dijual lagi.
ü  Menentukan perkiraan harga beli dan harga jual dan prosentase keuntungan yang diinginkan sekaligus strategi penjualnya.

Contoh III :
Dalam tugas pemanfaatan lingkungan sekitar dalam pembelajaran matematika, kami menggunakan ruang kelas untuk mempelajari mengukur panjang benda dengan satuan yang tidak baku. Berikut akan disampaikan uraiannya.
Tema   : Mengukur
Materi  : Satuan tidak Baku
Tujuan : Siswa mampu mengukur panjang benda dengan satuan tidak baku
Langkah kerja :
ü  Siswa dibentuk menjadi kelompok berpasangan.
ü  Siswa mengumpulkan alat – alat yang diperlukan : Buku , pensil , meja , bolpoin , klip kertas , lidi , buku gambar , korek api.
ü  Siswa mendapatkan lembar kerja dan memecahkan masalah sesuai panduan pada lembar kerja. Di dalam lembar kerja guru memberi soal, sebagai berikut:
Ukurlah panjang benda di bawah ini. Gunakan satuan ukuran baku.

No
Benda
Hasil Pengukuran
1
Buku
……… Pensil
2
Meja
……… jengkal
3
Bolpoin
……… klip kertas
4
Buku Gambar
……… lidi
5
Pensil
……… korek api

ü  Guru memberi contoh kepada siswa , misal
Berapa panjang meja , gunakanlah satuan jengkal
Satu jengkal adalah jarak antara ujung kelingking dan ibu jari

ü  Siswa mengerjakan tugas yang telah diberikan lalu tuliskan hasil nya di atas lembar kerja tersebut.


Manfaat dari penciptaan sistem lingkungan belajar siswa terhadap matematika adalah :
1.      Siswa mendapatkan teori setelah itu akan dipraktekan dalam bentuk nyata, sehingga siswa akan mengetahui dimana konsep dan letak kesulitan, serta siswa juga dapat mengeksplore dan memahaminya dengan pemahamannya sendiri.
2.      Dengan melihat, mendengar, menulis, berbicara, dan melakukan dengan alat atau media, suatu materi akan bertahan lama tersimpan di ingatan karena itu merupakan suatu pengalaman.
3.      Belajar matematika dengan penciptaan lingkungan yang sedimikan rupa akan menghilangkan rasa takut anak terhadap matematika, karena pada cara pengajaran ini dilakukan secara menyenangkan. Maka dengan sendirinya siswa akan menyukai matematika.
4.      Siswa mempunyai pengalaman yang telah diajarkan disekolah, maka dari itu siswa akan dapat mengaplikasikan materi matematika di kehidupan sehari-hari.
5.      Interaksi siswa dengan teman-temannya dan guru akan terjalin harmonis karena sering terjadi diskusi dan komunikasi yang berbobot, akan pula membuat anak menjadi cerdas serta berwawasan luas.

6.      Siswa mendapatkan hasil yang optimal dalam mengerjakan soal-soal.
Manfaat dari penciptaan sistem lingkungan belajar siswa terhadap matematika adalah :
1.      Siswa mendapatkan teori setelah itu akan dipraktekan dalam bentuk nyata, sehingga siswa akan mengetahui dimana konsep dan letak kesulitan, serta siswa juga dapat mengeksplore dan memahaminya dengan pemahamannya sendiri.
2.      Dengan melihat, mendengar, menulis, berbicara, dan melakukan dengan alat atau media, suatu materi akan bertahan lama tersimpan di ingatan karena itu merupakan suatu pengalaman.
3.      Belajar matematika dengan penciptaan lingkungan yang sedimikan rupa akan menghilangkan rasa takut anak terhadap matematika, karena pada cara pengajaran ini dilakukan secara menyenangkan. Maka dengan sendirinya siswa akan menyukai matematika.
4.      Siswa mempunyai pengalaman yang telah diajarkan disekolah, maka dari itu siswa akan dapat mengaplikasikan materi matematika di kehidupan sehari-hari.
5.      Interaksi siswa dengan teman-temannya dan guru akan terjalin harmonis karena sering terjadi diskusi dan komunikasi yang berbobot, akan pula membuat anak menjadi cerdas serta berwawasan luas.
6.      Siswa mendapatkan hasil yang optimal dalam mengerjakan soal-soal.

Referensi :
http://www.youtube.com/watch?v=6iVo9HUaZq0



PAIKEM GEMBROT

PAIKEM GEMBROT


           PAIKEM GEMBROT mungkin terdengar begitu aneh, tapi dibalik namanya PAIKEM GEMBROT mempunyai suatu siasat untuk mengubah cara pengajaran klasikan yang terkesan kuno dan tidak menyenangkan bagi para peserta didik. PAIKEM GEMBROT mempunyai kepanjangan yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreativ, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot. PAIKEM GEMBROT adalah suatu strategi pembelajaran dengan cara yang aktif, inovatif , kreatif, menyenangkan gembira dan berbobot yang digunakan oleh pengajar supaya peserta didik dapat menerima pesan yang ingin disampaikan oleh pendidik dengan mudah dan tanpa beban, serta peserta didik dapat mengolah pesan yang disampaikan sehingga dapat mengembangkannya dengan caranya sendiri sekreatif mungkin.

         PAIKEM GEMBROT telah diterapkan oleh pendidik disekolah – sekolah sebagai contoh di SMPN 19 Purworejo. Tokoh penggeraknya adalah Eko Juwi Sarwono, Guru matematika di sekolah tersebut. Guru kreatif itu menerapkan metode PAIKEM GEMBROT dengan cara yang unik, beliau memakai barang – barang bekas untuk mendukung niatnya supaya murid – muridnya dapat menjadi murid yang kreatif dan dapat mengurangi limbah barang bekas. Barang – barang bekas yang telah dikumpulkan, beliau rangkai sedemikian rupa sehingga dapat menjadi sebuah alat peraga yang dapat digunakan untuk bahan bantuan mengajar dalam menyampaikan materi. Setalah dijadikan bahan ajar lalu bahan ajar tersebut akan dijadikan pajangan dan akan diganti dalam kurun waktu sekitar 3 bulan kemudian disimpan untuk diportofoliokan. Kelas ini digunakan pada saat jam matematika. Tempat duduk sudah diatur untuk metode cooperative learning dan pada saat-saat tertentu siswa bebas menentukan pola tempat duduk yang mereka sukai termasuk duduk di lantai.
      
      Kelas matematika ini dirancang untuk mendekatkan matematika kepada anak-anak. Suasana matematika sudah tampak dari pajangan di luar kelas, pintu, semua dinding kelas, langit-langit, dan masih ada beberapa rak di bagian belakang ruang kelas. Semua pajangan tersebut adalah hasil karya anak. Karya tersebut akhirnya menjadi media bagi mereka dan menjadi sumber belajar baru. Pengaturan pajangan dirancang agar anak mudah untuk mengaksesnya.  Pak Eko mengatakan bahwa, “Mencapai target pembelajaran yang maksimal, guru harus berani ‘gila’ dalam berkreasi dan berinovasi.”

                             Gambar diambil dari : http://inovasipendidikan.net/dbe5-2.html

Saya telah mengutip beberapa cara beliau, diantaranya :
1.     Dalam pembelajaran matematika dalam materi pelajaran lingkaran Pak Eko menggunakan media barang – barang bekas seperti CD, kaleng, botol yang tidak terpakai.
Langkah kerja :
Pak Eko membagi murid di satu kelas menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 orang. Lalu Pak Eko membagikan soal yang berbeda pada setiap kelompok di setiap CD, kaleng atau botol.
Contoh soal : Sebuah CD mempunyai diamater 10cm. Hitunglah jari – jari CD tersebut, lalu tentukan keliling serta luasnya.
Dengan cara tersebut murid dihadapkan pada sesuatu mata pelajaran dengan soal yang nyata, cara itu memudahkan murid untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang kreatif serta murid dapat mengembangkan penyelesaian soal tersebut. Sehingga kesulitan dalam belajar matematika dapat diperkecil dan murid dapat mengerti pelajaran dengan mudah tanpa beban karena teori diiringi dengan praktek dapat meningkatkan ingatan anak lebih panjang dibanding hanya teori saja.

                                        Gambar diambil dari : http://inovasipendidikan.net/dbe5-2.html

Pak Eko telah menginspirasikan guru-guru lain supaya menerapkan metode PAIKEM GEMBROT sebagai salah satu strategi jitu yang membuat anak – anak gembira dalam belajar sehingga dapat memotivasinya dalam peningkatan prestasi yang memuaskan.

PAIKEM GEMBROT tidak hanya dapat digunakan pada mata pelajaran matematika saja,  PAIKEM GEMBROT juga dapat digunakan pada semua mata pelajaran, hanya saja guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menerapkannya. Saya mempunyai kutipan lain yaitu pak Arief Budi, guru Bahasa Indonesia MTSN Karangmojo.

                              Gambar diambil dari : http://inovasipendidikan.net/dbe5-2.html

Banyak guru beranggapan bahwa program DBE3 identik dengan pembelajaran mahal, padahal saya ternyata mampu berkreasi dengan bungkus mie instan yang menjadi sampah rumah tangga bisa dijadikan media atau sumber belajar. Barang yang sederhana dan banyak dijumpai dilingkungan sekitar dan sudah tidak bermanfaat, ternyata mampu menginspirasi mereka untuk mendalami materi pelajaran. Dampaknya, anak akan lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya dan akan melakukan eksplorasi imajinasinya.

Dari dua contoh guru kreatif diatas adlah contoh konkret dalam menerapkan proses pembelajran yang tepat sasaran tidak terlalu sulit hanya diperlukan kreatifitas yang tinggi dan inovasi. Semoga dengan adanya metode PAIKEM GEMBROT ini akan bermunculan banyak Pak Eko dan Pak Arif yang bertujuan untuk menjadikan murid-murinya terlepas dari kejenuhan dalam belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar murid menjadi tingkat yang memuaskan.

Referensi :
http://www.youtube.com/watch?v=6iVo9HUaZq0