Sabtu, 28 September 2013

PAIKEM GEMBROT

PAIKEM GEMBROT


           PAIKEM GEMBROT mungkin terdengar begitu aneh, tapi dibalik namanya PAIKEM GEMBROT mempunyai suatu siasat untuk mengubah cara pengajaran klasikan yang terkesan kuno dan tidak menyenangkan bagi para peserta didik. PAIKEM GEMBROT mempunyai kepanjangan yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreativ, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot. PAIKEM GEMBROT adalah suatu strategi pembelajaran dengan cara yang aktif, inovatif , kreatif, menyenangkan gembira dan berbobot yang digunakan oleh pengajar supaya peserta didik dapat menerima pesan yang ingin disampaikan oleh pendidik dengan mudah dan tanpa beban, serta peserta didik dapat mengolah pesan yang disampaikan sehingga dapat mengembangkannya dengan caranya sendiri sekreatif mungkin.

         PAIKEM GEMBROT telah diterapkan oleh pendidik disekolah – sekolah sebagai contoh di SMPN 19 Purworejo. Tokoh penggeraknya adalah Eko Juwi Sarwono, Guru matematika di sekolah tersebut. Guru kreatif itu menerapkan metode PAIKEM GEMBROT dengan cara yang unik, beliau memakai barang – barang bekas untuk mendukung niatnya supaya murid – muridnya dapat menjadi murid yang kreatif dan dapat mengurangi limbah barang bekas. Barang – barang bekas yang telah dikumpulkan, beliau rangkai sedemikian rupa sehingga dapat menjadi sebuah alat peraga yang dapat digunakan untuk bahan bantuan mengajar dalam menyampaikan materi. Setalah dijadikan bahan ajar lalu bahan ajar tersebut akan dijadikan pajangan dan akan diganti dalam kurun waktu sekitar 3 bulan kemudian disimpan untuk diportofoliokan. Kelas ini digunakan pada saat jam matematika. Tempat duduk sudah diatur untuk metode cooperative learning dan pada saat-saat tertentu siswa bebas menentukan pola tempat duduk yang mereka sukai termasuk duduk di lantai.
      
      Kelas matematika ini dirancang untuk mendekatkan matematika kepada anak-anak. Suasana matematika sudah tampak dari pajangan di luar kelas, pintu, semua dinding kelas, langit-langit, dan masih ada beberapa rak di bagian belakang ruang kelas. Semua pajangan tersebut adalah hasil karya anak. Karya tersebut akhirnya menjadi media bagi mereka dan menjadi sumber belajar baru. Pengaturan pajangan dirancang agar anak mudah untuk mengaksesnya.  Pak Eko mengatakan bahwa, “Mencapai target pembelajaran yang maksimal, guru harus berani ‘gila’ dalam berkreasi dan berinovasi.”

                             Gambar diambil dari : http://inovasipendidikan.net/dbe5-2.html

Saya telah mengutip beberapa cara beliau, diantaranya :
1.     Dalam pembelajaran matematika dalam materi pelajaran lingkaran Pak Eko menggunakan media barang – barang bekas seperti CD, kaleng, botol yang tidak terpakai.
Langkah kerja :
Pak Eko membagi murid di satu kelas menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 orang. Lalu Pak Eko membagikan soal yang berbeda pada setiap kelompok di setiap CD, kaleng atau botol.
Contoh soal : Sebuah CD mempunyai diamater 10cm. Hitunglah jari – jari CD tersebut, lalu tentukan keliling serta luasnya.
Dengan cara tersebut murid dihadapkan pada sesuatu mata pelajaran dengan soal yang nyata, cara itu memudahkan murid untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang kreatif serta murid dapat mengembangkan penyelesaian soal tersebut. Sehingga kesulitan dalam belajar matematika dapat diperkecil dan murid dapat mengerti pelajaran dengan mudah tanpa beban karena teori diiringi dengan praktek dapat meningkatkan ingatan anak lebih panjang dibanding hanya teori saja.

                                        Gambar diambil dari : http://inovasipendidikan.net/dbe5-2.html

Pak Eko telah menginspirasikan guru-guru lain supaya menerapkan metode PAIKEM GEMBROT sebagai salah satu strategi jitu yang membuat anak – anak gembira dalam belajar sehingga dapat memotivasinya dalam peningkatan prestasi yang memuaskan.

PAIKEM GEMBROT tidak hanya dapat digunakan pada mata pelajaran matematika saja,  PAIKEM GEMBROT juga dapat digunakan pada semua mata pelajaran, hanya saja guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menerapkannya. Saya mempunyai kutipan lain yaitu pak Arief Budi, guru Bahasa Indonesia MTSN Karangmojo.

                              Gambar diambil dari : http://inovasipendidikan.net/dbe5-2.html

Banyak guru beranggapan bahwa program DBE3 identik dengan pembelajaran mahal, padahal saya ternyata mampu berkreasi dengan bungkus mie instan yang menjadi sampah rumah tangga bisa dijadikan media atau sumber belajar. Barang yang sederhana dan banyak dijumpai dilingkungan sekitar dan sudah tidak bermanfaat, ternyata mampu menginspirasi mereka untuk mendalami materi pelajaran. Dampaknya, anak akan lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya dan akan melakukan eksplorasi imajinasinya.

Dari dua contoh guru kreatif diatas adlah contoh konkret dalam menerapkan proses pembelajran yang tepat sasaran tidak terlalu sulit hanya diperlukan kreatifitas yang tinggi dan inovasi. Semoga dengan adanya metode PAIKEM GEMBROT ini akan bermunculan banyak Pak Eko dan Pak Arif yang bertujuan untuk menjadikan murid-murinya terlepas dari kejenuhan dalam belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar murid menjadi tingkat yang memuaskan.

Referensi :
http://www.youtube.com/watch?v=6iVo9HUaZq0

Tidak ada komentar:

Posting Komentar